Pesawat jet Gulfstream IV berregistrasi di Arab Saudi yang pelanggar kedaulatan udara nasional di Kupang, Senin kemarin (3/11), ternyata sempat membohongi petugas ATC Makassar, Sulawesi Selatan, sebagai upaya pengelabuhan agar bisa tetap melintas keluar dari wilayah udara Indonesia.
"Saat ATC Makassar menanyai flight clearence, sang pilot menyebutkan dia sudah memiliki ijin penerbangan dengan nomor ijin 5042+AUNBLN+DAU3010+2014. Setelah diperiksa ulang, itu nomor ijin melintas bagi pesawat pengangkut jemaah haji jenis Boeing B-747-400," kata Kepala Dinas Penerbangan TNI AU, Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, di Jakarta, Selasa.
Senin kemarin, Thunder flight berkekuatan dua Sukhoi Su-30MKI Flankers Skuadron Udara 11 TNI AU diterbangkan secara scramble untuk mengejar dan memaksa turun Gulfstream IV yang diketahui bisa berkecepatan maksimal sedikit di atas 1 Mach (kecepatan suara).
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Rabu, 05 November 2014
Kedaulatan Wilayah Laut Indonesia Belum Selesai Seutuhnya
Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan persoalan kedaulatan wilayah laut Indonesia belum selesai seutuhnya.
"Salah satu program kedaulatan di laut ialah penyelesaian soal batas-batas laut wilayah Indonesia yang beberapa belum selesai. Ini harus dikawal," kata Indroyono di komplek Seskoal, Cipulir Jakarta Selatan, Selasa.
Menurut dia, penegakan kedaulatan wilayah kelautan Indonesia menjadi program kerja yang diutamakan.
Indroyono menyebutkan sesuai dengan hasil Konvensi PBB tentang hukum laut atau UNCLOS tahun 1982, wilayah laut Indonesia ialah 12 mil laut teritorial dan 200 mil Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
"Salah satu program kedaulatan di laut ialah penyelesaian soal batas-batas laut wilayah Indonesia yang beberapa belum selesai. Ini harus dikawal," kata Indroyono di komplek Seskoal, Cipulir Jakarta Selatan, Selasa.
Menurut dia, penegakan kedaulatan wilayah kelautan Indonesia menjadi program kerja yang diutamakan.
Indroyono menyebutkan sesuai dengan hasil Konvensi PBB tentang hukum laut atau UNCLOS tahun 1982, wilayah laut Indonesia ialah 12 mil laut teritorial dan 200 mil Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Label:
Kedaulatan Bangsa,
Maritim,
Perbatasan NKRI
Selasa, 04 November 2014
Menlu China Tawari RI Bangun Lagi Jalur Sutera Maritim
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi,
menawarkan pembangunan jalur sutera maritim di abad ke-21 kepada
Pemerintah Indonesia. Tawaran itu disampaikan Wang ketika bertemu dengan
Menlu Retno LP Marsudi di Gedung Kemenlu, Jakarta Pusat pada Senin, 3
November 2014.
"Kami ingin berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia sesuai
dengan kebijakan Pemerintah RI. China menganggap RI sebagai mitra
penting dalam pembangunan jalur itu," kata dia.
Presiden Xi Jinping meluncurkan inisiatif mengenai Jalur Sutera
Maritim Abad ke-21 di Indonesia. Saat itu, Xi menjelaskan inisiatif itu
di Gedung DPD pada Oktober 2013.
Label:
Internasional,
Isu Politik,
Kerjasama Militer,
Maritim
Indo Defence 2014
Kementerian Pertahanan akan menggelar pameran tahunan alat-alat pertahanan dan persenjataan Indo Defence 2014 yang berlangsung di Jakarta International Expo (JIEXPO) Kemayoran, Jakarta, 5-8 November 2014 mendatang.
Pameran industri pertahanan berskala internasional itu akan diikuti 29 negara dari 56 negara yang diundang. Diantaranya, Qatar, Malaysia, Republik Belarusia, Timor Leste, Jepang, Serbia, Pakistan, Swedia, Portugal, Laos, Polandia, Filipina, Brazil, Vietnam.
Turki, Republik Ceko, Inggris, Prancis, Singapura, Republik Korea, India, Mesir, Australia, Amerika Serikat, Iran, Kamboja, Thailand dan Rusia.
Pameran industri pertahanan berskala internasional itu akan diikuti 29 negara dari 56 negara yang diundang. Diantaranya, Qatar, Malaysia, Republik Belarusia, Timor Leste, Jepang, Serbia, Pakistan, Swedia, Portugal, Laos, Polandia, Filipina, Brazil, Vietnam.
Turki, Republik Ceko, Inggris, Prancis, Singapura, Republik Korea, India, Mesir, Australia, Amerika Serikat, Iran, Kamboja, Thailand dan Rusia.
Ambil Alih Posisi Pelayaran Dunia, Indonesia Harus Gandeng Tiongkok dan India
Menjadi Poros Maritim Dunia berarti bisa mengambil alih poros pelayaran perdagangan dunia yang saat ini masih didominasi kepentingan ekonomi internasional negara-negara besar dunia direpresentasikan Singapura di kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut merupakan bentuk kolonialisme zaman dahulu yang masih bertahan hingga sekarang.
“Negara kaya ingin mempertahankan dominasinya melalui pelayaran internasional,” ujar Prof. Daniel M. Rosyid dalam perbincangannya bersama JMOL, Sabtu (25/10/2014).
Menurut Daniel, jika Indonesia mau mengambil alih posisi poros pelayaran dunia, tidak bisa sendirian, namun harus mengajak Tiongkok dan India sebagai partner membangun poros baru.
Kapal Induk Vikramaditya milik Angkatan Laut India | Foto: Snafu Solomon Blogspot |
“Negara kaya ingin mempertahankan dominasinya melalui pelayaran internasional,” ujar Prof. Daniel M. Rosyid dalam perbincangannya bersama JMOL, Sabtu (25/10/2014).
Menurut Daniel, jika Indonesia mau mengambil alih posisi poros pelayaran dunia, tidak bisa sendirian, namun harus mengajak Tiongkok dan India sebagai partner membangun poros baru.
Natuna, Sekali Mendayung Dua Tiga Pulau Terlampaui
Doktrin pertahanan yang bernama “masuk dulu baru digebuk” sudah mulai ditinggalkan oleh pengawal republik dan berganti baju dengan “berani masuk digebuk”. Ini sejalan dengan hakekat rencana pembentukan Kogabwilhan yang menyatukan komando matra darat, laut dan udara dalam satu komando gabungan di hotspot yang diprediksi menjadi pusat konflik teritori. Setidaknya ada 4 hotspot yang disiapkan, dua diantaranya hotspot teritori yaitu Ambalat dan Natuna. Dua lainnya adalah hotspot separatis yaitu Aceh dan Papua.
Natuna adalah hotspot yang harus dipersiapkan untuk menjadi titik tumpu pertahanan berskala brigade gabungan. Pembangunan pangkalan angkatan laut dan udara saat ini untuk bisa menampung beberapa kapal perang dan jet tempur secara permanen merupakan keniscayaan untuk memastikan doktrin berani masuk digebuk, bisa dipercaya. Bukan apa-apa, kita sedang berpacu dengan waktu karena demam yang tak kunjung usai bahkan tensi semakin meninggi dengan aura sengketa batas teritori yang saling berklaim di seberang pagar Natuna yang kaya itu.
Natuna adalah hotspot yang harus dipersiapkan untuk menjadi titik tumpu pertahanan berskala brigade gabungan. Pembangunan pangkalan angkatan laut dan udara saat ini untuk bisa menampung beberapa kapal perang dan jet tempur secara permanen merupakan keniscayaan untuk memastikan doktrin berani masuk digebuk, bisa dipercaya. Bukan apa-apa, kita sedang berpacu dengan waktu karena demam yang tak kunjung usai bahkan tensi semakin meninggi dengan aura sengketa batas teritori yang saling berklaim di seberang pagar Natuna yang kaya itu.
Langganan:
Postingan (Atom)
Berita Populer
-
Pelaku penyerangan di Lapas Cebongan akhirnya terungkap. Mereka adalah 11 anggota Grup 2 Kopassus Kartosuro, Solo, Jawa Tengah. Pernyataan ...
-
AH-64E Apache Untuk Indonesia merupakan tipe terbaru walau bukan tercanggih (AH-64D Longbow sebagaimana dimiliki Angkatan Darat Singapura) ...
-
Untuk memenuhi Minimum Essential Force (MEF), Indonesia telah memilih pesawat Sukhoi Su-35, sekaligus menggantikan peran F-5 Tiger yang suda...
-
Pengakuan soal ketangguhan Tentara Nasional Indonesia di hadapan militer dunia lainnya seakan tak habis-habis. Setelah kisah Kopaska AL ata...
-
Masih ingat dengan drone combatan yang tengah dirancang Indonesia? Ya siapalagi kalo bukan Drone Medium Altitude Long Endurance Black Eagle....
-
Pembebasan Irian Barat dari Penjajah NUKILAN peristiwa bersejarah dari sebuah catatan seorang prajurit Siliwangi dalam Operasi Trikor...
-
Kasus penembakan empat tahanan Polda DIY di Lapas Cebongan, Sleman, DIY, yang dilakukan 11 personel Komando Pasukan Khusus (Kopassus), memb...
-
Submarine type 214 Angkatan Laut Portugal Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cer...
-
WNI kembali diculik oleh kelompok yang diyakini sebagai militan Abu Sayyaf. Padahal sebelumnya sudah ada perjanjian antara RI, Malaysia, dan...
-
TNI AL memberangkatkan satuan tugas gabungan ke Latihan Bersama Multilateral RIMPAC 2014, di Pearl Harbour, Honolulu, Hawaii, memakai KRI Ba...